Abad
20 sering sekali di sapa dengan sebutan
zaman mileneal, dimana kemajuan zaman tidak dapat terbendung, yang paling deras
aliranya menurut saya adalah kemajuan dibidang komunikasi misalnya media
sosial, banyaknya media sosial dan mudahnya untuk diakses membuat beberapa
kalangan tidak perlu repot-repot untuk mencari informasi di belahan dunia,
hanya bermodal smartphone dan paket data saja sudah cukup, sangat berbeda
dengan generasi dibawah abad 19 ingin mendapatkan informasi apapun harus menunggu
lama atau bahkan harus menemui sumber informasinya.
Tidak dapat dipungkiri setelah saya telusuri dan cermati
khususnya di kalangan pelajar /pemuda di kecamatan Karangkobar hampir semuanya
memiliki akun media sosial tidak menutup kemungkinan berarti mereka memiliki
handphone , jika tidak berhati-hati di sadari atau tidak, alat komunikasi ini
mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, itu terbukti saya lihat
diberbagai kesempatan ketika ada forum atau tongkrongan anak muda di
Karangkobar mereka di sibukan masing-masing dengan benda ini padahal mereka
sadar-menyadari bahwa mereka sedang duduk jejeran atau bareng.
Saya kira itu tidak terjadi di Karangkobar saja, terbukti
dengan jumlah pengguna medsos yang pada kenyataan tidak bisa dihitung dengan
itungan jari, Fenomena media Sosial saya sebut sebagai fenomena terbesar diabad
ini, karena menyebabkan hal yang luarbiasa dan
sulit dikendalikan atau dibendung kedatanganya, sangat besar
guncangannya dan sangat deras datangnya .
Di kalangan mileneal berbeda-beda
dalam mengikuti arah alirannya yang sangat bermacam-macam arahnya, ada yang
untuk berwirausaha, ajang silaturahim, ada yang hanya untuk kesenangan semata
adapula yang mengalir untuk menambah wawasan pengetahuan atau bisa disebut
dengan media belajar, nah disini saya akan mencoba mengupas di arah media
belajar atau menambah ilmu pengetahuan.
Di era sekarang ini Media sosial menjadi pengaruh besar pada
perkembangan zaman dan berhasil menjadi salah satu media komunikasi tercepat
serta paling banyak di minati oleh kalangan mileneal, sehingga tak bisa di
salahkan para pengguna akun menjadikan media sosial sebagai wadah menambah
wawasan, mencari tau, atau bahkan sebagai tempat mencari ilmu misalnya pada
akun YouTube, Gogle, Facebook.
Nah disini saya mengambil hikmah dari hal tersebut, sebagai
warga nahdliyin khususnya para pelajar/pemuda harus cerdas atau berhati-hati
ketika memanfaatkan akun tersebut sebagai wadah informasi, akhir-akhir ini
banyak bermunculan pendakwah di media sosial yang belum kita kenal jauh belum
tau asal usulnya begitu memaparkan masalah agama dengan lantang dan tegas
kembali ke Al-Qur’an dan Hadist akhirnya menjadi suatu rujukan, banyak sekali
ustadz-ustadz baru yang mengaku bahkan diakui sebagian kalangan sebagai Ulama,
hal inilah yang perlu dicermati oleh warga nahdliyin terlebih kaum pelajar IPNU
IPPNU sebagai generasi atau ujung tombak NU.
kalau menurut Gus Mus orang-orang tersebut bukan Ulama
melainkan U baru, karena hanya bermodal hafalin hadist mashur 1,2 atau beberapa
dan sorban 25 ribu udah ceramah kemana-mana, sudah mengkritik orang,
menyalahkan orang, bisa rusak orang awam ini kalau itu di ikuti ( Gus Mus ).
Perlu diketahui sanad keilmuan itu sangat penting, apalagi
kita sebagai wong NU karena ada istilah Tawasul , kita jangan kuwatir
ber IPNU IPPNU karena sudah jelas Sanad keilmuwannya InsyaAlloh Mutawatir ke
Kanjeng Nabi Muhammad SAW, misalkan di ilmu Fiqh kita sudah jelas mengikuti
Madhzab 4 Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafi’I, Imam Hambali, dalam Tasawuf
kita ijtihad Syech Junaid Al- Baghdadi, dan masih banyak sanad lainya.
ketika ada pemuka
agama mengajak kita kembali ke Qur’an dan Hadist saya kira kurang pas
diterapkan apalagi di kalangan generasi mileneal, saya kasih contoh kecil dalam
memahami Al-Qur’an kita tidak cukup hanya dengan membaca atau menerjemahkan
secara tekstual, atau hanya memahami lewat terjemahan latin, itu tidak akan
cukup, karena dalam Al-Qur’an terdapat berbagai kata yang tidak bisa diterjemahkan
secara gamblang tekstual, ada kata yang menggunakan majas, kiasan saya
contohkan mengutip pemaparan Guru saya Gus Mubarok Ahbabillah, Alh pada
sebagian ayat surat Al-Fath ada kata Yadullohu Fauqo Aidihim, jika kata Yadulloh
dimaknai secara takstual maka maknanya tangan Alloh, hal tersebut bertentengan
dengan sifat-sifat wajib Alloh Mukholafatulil Hawadist, Alloh tidak
menyerupai makhluknya, maka Ulama sepakat kata Yadulloh tersebut
dimaknai dengan arti kekuasaan Alloh. yang mana hal tersebut membutuhkan
tafsir, maka peran Salafusshalih sangat penting dalam hal ini.
Jadi kesimpulannnya sebagai warga NU terkhusus kalangan IPNU
IPPNU pandai-pandailah dalam mengambil referensi di gogle atau menonton kajian
di YouTube dengan memperhatikan Sumber /Narasumbernya, jangan langsung direspon
bahkan di bagikan /Search ke public tanpa kita ketahui sumber akarnya, saya
kira kita sudah bisa memilah-milah hal tersebut, untuk lebih berhati-hatinya
sebelum percaya dan membagikan ke public kita kenali narasumbernya dan isi
kajiannya, dan apabila kita mendapati sebuah keraguan sebaiknya kita tanyakan
pada orang-orang terdekat kita atau guru-guru kita. Dengan demikian kita bisa
mempertanggungjawabkan apa yang telah kita dapat dan yang kita publikasikan,
bahkan kita dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya berita HOAX.
Sebagai
kader IPNU IPPNU khususnya di Karangkobar kita jangan sampai ketinggalan
jaman, kita harus bisa mensikapinya dengan berpegang “ Al Mukhafadotu ‘ala Qodimis Assholih Al Akhdu
Bil Jadidil Ashlah ‘’. agar tidak ketinggalan jaman Jadikah Kader
yang bisa menjaga jaman bukan malah menjadi korban jaman, dengan cara “ menjaga
sesuatu yang terdahulu yang baik, dan menambah sesuatu yang baru (perkembangan
zaman) dengan yang lebih baik”
SALAM BERJUTA
_Kukuh Adi Irawan_